Agen of Change is Crazy People

>> 2.11.08

Boleh setuju boleh nggak, boleh suka boleh nggak, tetapi begitulah kenyataanya. Fakta tak terbantahkan mengatakan perubahan dipelopori oleh orang-orang gila. Galileo Galilei yang mengatakan bumi itu bulat dianggap "Gila" oleh orang-orang di lingkungannya waktu itu, tetapi saat ini kita semua setuju untuk mengatakan bahwa Galileo Galilei lah yang benar.

Thomas Alfa Edison melakukan eksperimen 2000 kali untuk membuat lampu pijar. Eksperiman yang ke 2000 baru jadi sebuah lampu pijar, dengan begitu dia menjadi tahu ternyata sebanyak 1999 bahan tidak bisa digunakan untuk dijadikan lampu pijar, dan hanya orang yang "Gila" yang melakukan ini semua.

Demikian juga James Watt dengan mesin uapnya, Sthepen Hawking dengan teory "Big Bang" nya, Isac Newton dengan hukum "Gravitasinya", Albert Einstain dengan teory "Kekekalan Energi" nya dan para Rosul pun juga demikian, menjadi orang-orang yang dianggap "Gila" di jamannya. Tetapi kalo kita lihat saat ini, apa yang mereke kerjakan dan mereka lakukan menjadi sejarah dunia, karena melakukan perubahan yang luar biasa.

Saya katakan mereka adalah orang-orang "Gila", mengapa ? ..... orang gila itu bekerja tanpa pamrih, hanya orang-orang gila yang mau bekerja tanpa dibayar, dan cenderung mengorbankan asset yang dimilikinya (baik materi maupun pemikirannya).

Dan saya juga menemukan orang "Gila" itu di Semarang, (Ibu kota Jawa Tengah) ... Beliau adalah Ir. Hertoto Basuki - Ketua BKSP Jateng (mohon maaf Pak Bas kalo baca untuk tulodho komunitas kami), Beliau membidani berdirinya BKSP (Badan Koordinasi Sertifikasi Profesi) bener-bener "Gila". Hal itu beliau lakukan hanya untuk menjembatani agar dunia Usaha dan dunia Industri nyambung dengan dunia Pendidikan.

Apa yang beliau lakukan bersama kawan-kawan di BKSP terlalu panjang di tuliskan disini, yang jelas keberhasilan BKSP di Propinsi Jateng ditiru oleh 14 Propinsi di Indonesia dan sekarang menjadi pedoman BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi) yang berkedudukan di Jakarta. Dan yang perlu saya tekankan pada sahabat-sahabatku / saudara-saudaraku / poro pinisepuh di sini. Bahwa saya perlu sampaikan bahwa BKSP tidak pernah mau meminta, mengajukan bantuan kepada pemerintah daerah (gubernur), organisasi ini independen .... karena keberhasilannya, sama Pak Gub (Waktu itu Pak Mardiyanto) diminta untuk membuat kegiatan untuk membuat program peningkatan kompetensi di Jawa Tengah dan anggaran yang dibutuhkan dengan kebutuhan minimal sekitar 2.5 milliar, dan Gubernur tidak masalah dengan hal itu. Tapi justru dewan mempermasalahkannya, maka dipanggilah ke DPRD Jateng. Intinya dana yang sudah minimal tadi akan dikurangi untuk pos yang lain ... tapi Pak Is (Wakil Ketua BKSP) yang mewakili BKSP malah bilang "Daripada dikurangi dan ini merupakan kegiatan yang diamanatkan Gubernur, lebih baik tidak usah sekalian, ... malah kalo tidak ada kegiatan sekalian kita juga tidak pusing dan terbebani" ...... dengan begitu akhirnya justru malah dikasih 2.7 Milliar.

Apa makna dari omongan saya yang ngelantur tadi buat FKTO :

  1. FKTO itu adalah organisasi yang punya visi dan misi mulia, independen, jadi jangan sampai mempertaruhkan harga diri dengan meminta-minta sama Pemerintah Daerah dengan mengajukan proposal dan lain sebagainya.
  2. Jika sampai mengajukan proposal ke Pemkab, kekawatiran saya khususnya, nanti akan terbawa ke ranah politik. Sudah bukan rahasia lagi di daerah kita kalo ada proposal pembangunan seperti pengecoran jalan, pembuatan jembatan dsb selalu dikaitkan dengan pejabat tertentu, misalnya lolosnya proposal ini karena dibantu oleh Pak A, Ibu B dst. Dan Pak A, Ibu B tadi pasti anggota dewan .... jadi ketakutan saya adalah masalah independensi (ingat sebentar lagi 2009) bisa banyak trik yang bisa terjadi untuk kepentingan pribadi atau golongan tertentu. Kita juga punya tanggungjawab mendidik masyarakat untuk meluruskan pemahaman mereka, agar jangan sampai dijerumuskan oleh propaganda elite tertentu.
  3. Pembangunan / pengembangan infrastruktur sebenarnya tanggungjawab Pemerintah setempat. Keberadaan FKTO adalah sebagai stimulator maupun konsultan yang non profit yang sifatnya membantu percepatan pembangunan di tanah tumpah darah kita sendiri. Jadi kesimpulannya jangan sampai kita meminta bantuan dari Bupati ataupun pejabat yang lain untuk merealisasikan rencana-rencana kita, tetapi kalo beliau-beliau memberi kita terima. Lain halnya kalo kita menggandeng sponsor dari vendor tertentu yang tidak memiliki kepentingan politik, tetapi semata-mata ingin membantu tanpa kompensasi apapun.
  4. Yang terakhir untuk keberhasilan FKTO dalam mengemban visi dan misinya dibutuhkan banyak orang "Gila", seperti ilustrasi di atas ..... agar terjadi perubahan yang revolusioner. Sukses FKTO

Terima kasih .... mohon maaf bila ada yang kurang berkenan dan mohon diberi masukan.




0 komentar:

  © Blogger templates Palm by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP