Pengembangan Teknologi Telematika untuk Meningkatkan Daya Saing Bangsa - Studi kasus Kec. Tirtomoyo

"We Can not Escape The Responsibility Tommorow By Evading Today", barangkali istilah itu masih layak kita tanamkan pada diri kita ketika kita ingat tanah kelahiran kita.

Ketika Om Parto menulis kunjungannya ke kecamatan Tirtomoyo, berjumpa dengan Pak Tarjo (yang notabene kolega ortu saya). Saya jadi teringat tahun 1999, ketika masih menjadi aktivis IKAMAHATIRTA (Ikatan Mahasiswa Tirtomoyo). Dengan semboyan "Cogito Ergo Sum", bersama kawan-kawan yang saat ini tidak ada yang online. Kami berusaha membuka wacana baru bagi pemimpin-pemimpin di Tirtomoyo. Saat itu difasilitasi oleh Pak Haryono (camat Tirtomoyo waktu itu), kami berusaha membongkar apa isi dari UU. Otonomi daerah yang baru saja disyahkan oleh pejabat republik ini.

Kita tangkap suatu kesimpulan dari apa yang kami lakukan, kemajuan dari suatu daerah bukan keberhasilan dari para pemimpinnya, tetapi adalah kreatifitas dari warganya sendiri. Pemimpin hanyalah fasilitator.

Setelah sekian tahun berlalu, dan kami lalui masa-masa idealis, kami masuk ke dunia yang kerja, dunia realistis, kami temukan komunitas netter Wonogiri, waktu itu ada yang menjadi GM di PT. Lintas Regional Indonesia (Perusahaan IT di bawah PT. ELNUSA). Pada waktu mudik lebaran tahun 2002, terbentuklah WCC (Wonogiri Cyber Community), kita menawarkan Electronic Goverment ke Pak Begug yang waktu itu baru awal-awalnya menjabat, dengan bendera LRI, kita masuk memikirkan Wonogiri tanpa harus dibayar, Pemda hanya diminta untuk membeli peralatan saja. Apa hasilnya ..... Ya begitulah .....

Kemudian saya berpikir, kelihatannya terlalu besar memikirkan Wonogiri, oleh karena itu ketika kami berjumpa kawan lama sejak dari SMP dan SMA (Tri Kuncoro / Om Admin). Kami seperti menemukan semangat baru (barangkali faktor history). Kalo Wonogiri berat kenapa tidak dari sesuatu yang kecil dulu, nanti kalo Pak Bupati sudah nGGumun, biar mencontoh prototipe kita.

Saya teringat pada ucapan Kang Onno W. Purbo, "Kalo bangsa ini pengin maju, rakyatnya musti cerdas, agar rakyat cerdas ya harus belajar, belajar yang paling murah ya di Internet". Ketika kita berada di kota tinggal kita colokkan laptop ke line telepon jadilah internet, gimana di Tirtomoyo ? Itulah pemikiran kita .....

Saya ingat filosofi CEO Jawa Pos, Cak Dahlan Iskan "Kalo makan bubur itu rasanya panas, jangan dari tengah, mulailah dari pinggir". Apa maksudnya, kalo bekerja untuk membangun jaringan se Kab. Wonogiri itu berat. Kenapa tidak dimulai dari Tirtomoyo dulu. Mungkin teman-teman timbul pertanyaan ? Apa mungkin bisa koneksi ke Open Exchange. Jangan muluk-muluh dulu sobat. Mari kita awali coba membangun TAN (Tirtomoyo Area Network) dulu, atau TX (Tirtomoyo Exchange) lah, atau apalah yang penting pertama kali sekolah SLTP dan SLTA pang nyambung dulu.

Setelah itu disitu kita masukkan beberapa service. Entah DIGILIB, VoIP, E - Learning, E Gov Tirtomoyo, yang bisa digunakan untuk sharing resource dulu. Bagaimana dengan SDM nya? Saya sangat berharap pada Agent of Change (Mahasiswa), kalo kita-kita yang sudah bekerja saya kira berat, kita mungkin hanya bisa support experience, motivation, transfer skill, transfer knowledge, maupun finance. Karena tidak dipungkiri, kita sudah mencari "Menir agar Kendil Tidak Nggoling". Dulu IKAMAHATIRTA cukup Solid, kalo masih ada kenapa tidak diberdayakan ? Sedikit dikasih polesan saja saya yakin bisa membentuk TAN.

Infrastruktur dari mana ? Sekolah-sekolah, saya kira bukan dana besar kalo harus merogoh koceknya sendiri untuk membeli peripheral. Gak usah berpikir Mikrotik dulu, Edimax, Kenbatong dulu GPP lah ....., ....Nah setelah TAN terbentuk, user sudah merasakan manfaatnya kita baru melangkah ke Open Exchange, syukur Pak Bupati memberikan fasilitas itu, (FO Kan Udah masuk WNG) Kalo semua kecamatan meniru kita, menurunkan bandwidth dari FO Sendiri rasanya bukan hal yang mustahil. Yang Penting Inamal A'malu Bi Niat ...... Ingat sobat ..... Going Process Never Ending ..... Good Luck !!!!