Nak Kodok dan Nak Ular
>> 9.3.10
Dibawah aliran air “ Khayangan “ terdapat area persawahan yang menjadi salah satu sumber kehidupan,masyarakat Tirtomoyo, karena ada unsur “ Api,Angin,Air dan Tanah“. Suatu ketika diarea persawahan lahirlah dua jenis species yang berbeda yaitu “ Anak Kodok dan Anak Ular “ walau berlainan jenis dan asal usul serta keyakinan kedua anak tersebut berjabat erat sebagai seorang sahabat.
Suatu hari berita persahabatan “ Nak Kodok dan Nak Ular “ sampai ke telinga kedua orang tuanya, mulailah doktrin-doktrin konyol yang justru jauh dari “ aplikasi keyakinan “ mulai diterapkan oleh kedua belah pihak orang tua nak kodok dan nak ular. Mulailah intrik dan cara-cara konyol yang dilandasi keterbatasan berfikir dan kerendahan hati yang hanya mengutamakan instuisi konyol mulai bermunculan.Hal ini terbukti dari cuplikan percakapan kedua orang tua nak kodok dan nak ular dengan anaknya masing-masing :
Orang tua ular : “ Hi…ular anakku kamu jangan bikin malu keluarga ? “
Nak ular : “ Bikin malu gimana ayah dan bunda ? “
Orang tua ular : “ Sejak kapan kamu bersahabat dengan kodok, kamu sadar tidak sejak turun temurun diajarkan oleh keluarga kita,kalau kodok itu adalah makanan mu bukan kau jadikan sahabat.”
Nak ular : “ Mulailah nak ular ada dipersimpangan jalan berfikirnya,dibalik kebingungannya memberanikan diri untuk menjawab, maaf ayah dan bunda kami berdua ( nak kodok dan nak ular ) lahir ditempat yang sama,tumbuh ditempat yang sama, hanya bentuk fisik kita yang berbeda,tapi kami tetaplah anak-anak yang bisa menempati bumi bermain kita tanpa membedakan asal usul dan doktrin turun temurun. Apakah ajaran ayah dan bunda tentang kebajikan dan kebaikan hanya berlaku untuk keluarga ular dan tidak bisa diterjemahkan untuk sesama yang berbeda dengan kita ?”
Orang tua ular : “ Kamu masih kecil anakku sudah ikuti apa yang ayah dan bunda katakana jadilah kamu ular dan kodok itu tetap bagian dari makananmu, jangan kau jalin persahabatan dengannya.”
Disudut sisi sawah yang lain ternyata orang tua kodokpun melakukan hal yang sama terhadap anaknya :
Orang tua kodok : “ hi…kodok kecilku tersayang, sejak kapan kamu bersahabat dengan anak ular, kamu sadar tidak anakku kalau ular itu musuh kita karena setelah tumbuh kamu akan jadi makanannya. Ayah dan ibu minta mulai sekarang putus persahabatan kamu dengan anak ular .”
Anak kodok : “ Dengan keluguan anak-anak tanpa menjawab akan tetapi begitu merasuk kata-kata orang tuannya, hanya dalam hati berani bicara. Kenapa orang-orang tua selalu memberikan doktrin-doktrin yang menakutkan sementara aku dan nak ular bisa main bola, main sepeda bersama tanpa ada perasaan curiga satu sama lain.”
Terjadi diskusi panjang antar keluarga ular dan keluarga kodok entah sampai kapan friksi-friksi perbedaan ini akan terus jadi isu besar. Sementara ajaran keyakinan selalu mengajarkan kebaikan dan cinta kasih yang tulus dengan sesama.
Semoga hal ini tidak terjadi dalam dunia manusia khsususnya Tirtomoyo, kalau anak-anak kita sudah bisa main bola bersama, main sepeda bersama bahkan bisa mengerjakan PR bersama, semoga orang tua ( guru-guru ) bisa memiliki perasaan yang sama dengan anak-anaknya.
Salah satu tujuan FKTO menghadirkan internet bersama di lingkungan pendidikan di Tirtomoyo bukan untuk mengangkat perbedaan atau meninggikan salah satu pihak, justru sebaliknya dengan internet kebersamaan bisa terwujud. Karena internet tidak mengenal doktrin dan agama, akan tetapi internet juga butuh kontrol perilaku keagamaan supaya tetap santun dan bisa mendukung salah satu fungsi pembelajaran.
Cerita nak kodok dan nak ular semoga menjadi inspirasi dari kita semua warga FKTO khususnya dan warga Tirtomoyo umumnya. Mari kita bangun Tirtomoyo dengan sumbangsih yang kita miliki dan melepaskan jubah-jubah kebesaran yang menutupi arogansi dan ego kita semua.
Masih jauh perjalanan dunia Informasi dan Teknologi yang saat ini sama-sama kita bangun, karena tujuan utamanya adalah sebagai alat bantu edukasi yang bisa meningkatkan kecerdasan baik ilmu pengetahuan, sosial, ekonomi dan budaya. Mari kita bangun kultur kebersamaan tanpa harus melibatkan doktrin-doktrin konyol yang justru akan merusak cita-cita besar kita semua, yaitu melihat Tirtomyo yang maju dan modern tanpa meninggalkan etika budaya jawa yang adiluhung.
Keyakinan saya mengajarkan bahwa manusia yang baik bukan yang tidak pernah salah, tapi yang selalu sadar akan kesalahan dan tidak mengulanginya kembali. Karena sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lain,disinilah Rahmatan Lil Alamin itu bisa diterjemahkan, begitu juga dengan Cinta dan Kasih.
Mohon maaf jika ada kesalahan kata dan ketidak sopanan dalam penulisan,dengan kerendahan hati saya mohon maaf yang sebesar-besarrnya. Tidak ada niat yang tidak baik dari tulisan ini, saya ketik tulisan ini untuk merefleksi diri pribadi saya.
Akhir kata mari sama-sama kita fokuskan lagi kegiatan FKTO dengan dukungan dari semua lapisan masyarakat yang peduli Tirtomoyo. Dan buang jauh-jauh perbedaan mari kita angkat persamaan-persamaan. Semua yang kita lakukan akan kembali ke niat awal, Tuhan Maha Tahu akan apa yang di niatkan dan dilakukan oleh hambanya.
sulihno
1 komentar:
Blognya bagus.salam kenal
Posting Komentar